Rabu, 31 Desember 2008

UJIAN AKHIR SEMESTER MATRIKULASI TAHUN 2008/2009

PERTANYAAN:

1. Salah satu sumberdaya dalam organisasi yang menduduki posisi sangat strategis adalah “manusia” sebagai komponen dari sebuah sistem. Manajemen pendidikan merupakan bagian dari manajemen umum yang berfungsi khusus mengelola manusia sebagai tenaga kerja dalam sebuah organisasi pendidikan. George R. Terry (1998:6) mengatakan bahwa manajemen adalah “pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya dengan mempergunakan bantuan orang lain”. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam dalam kehidupan berorganisasi, terlebih lagi ketika seseorang berperan sebagai manajer atau pimpinan, tentu harus memiliki kemampuan manajerial yang memadai (Kartini Kartono, 1998:112). Sumberdaya manusia merupakan investasi penting dalam organisasi, karena sumberdaya manusia merupakan kunci keberhasilan institusi agar tetap bertahan dan berkembang dengan baik (Oteng Sutina,1993:39). Untuk itu diperlukan manajemen sumberdaya manusia yang sesuai tugas dan fungsinya berdasarkan kemampuan, pengetahuan, dan kecakapan. Maka wajar jika manajemen melakukan berbagai upaya perkembangan sumberdaya melalui strategi, serta pola lain yang sesuai dengan tuntutan organisasi dan perkembangan jaman (Randal S. Schuler dan Susan E. Jackson,1999:162). Coba saudara jelaskan apa saja yang perlu dilakukan oleh seorang manajer di sebuah lembaga pendidikan sebagaimana yang dikemukan oleh para ahli manajemen di atas.



JAWABAN:
Organisasi diartikan sebagai sekumpulan orang dengan ikatan tertentu yang merupakan wadah untuk mencapai cita-cita mereka, mula-mula mereka mengintegrasikan sumber-sumber materi maupun sikap para anggota yang dikenal sebagai manajemen, dan akhirnya barulah mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai cita-cita tersebut (Made pidarta,1988:1).
Untuk mencapai tujuan pendidikan, lembaga pendidikan harus memiliki organisasi yang baik. Dalam sebuah organisasi, paling tidak memiliki tiga unsur yaitu terdapat orang-orang (manusia), ada kerjasama antarmanusia yang tergabung di dalamnya dan ada tujuan bersama. Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Hasbullah,2006:109-110)
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki struktur organisasi. Di lembaga pendidikan orang yang memiliki kewenangan struktural yang terletak pada garis otoritas dimulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan seterusnya. Orang yang menjabat dalam tingkatakan pertama disebut sebagai manajer.
Seorang manajer yang berada di dalam organisasi lembaga pendidikan baik formal, non formal, maupun informal tidak akan luput dari sistem yang ada yang menjadi acuan untuk bertindak secara menyeluruh. Sistem tersebut dibuat dengan maksud agar tidak terjadi kekacauan dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu sistem pendidikan nasional (sisdiknas) keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka sisdiknas merupakan pedoman bagi manajer pendidikan untuk berprilaku baik bagi dirinya sendiri maupun kelompok di dalamnya demi ketertiban organisasi pendidikan (Usman,2008:11).
Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian merupakan ruang lingkup yang menjadi garapan manajemen di lembaga pendidikan. Di bidang pendidikan banyak sumber daya yang harus dikelola, yaitu manusia, uang, metode/media, material, sarana/prasaran, waktu, pemasaran dan informasi. Setiap sumberdaya tersebut akan dikelola sesuai ruang lingkup manajemen pendidikan (Usman,2008:12). Untuk pengelolaan sumberdaya pendidikan tersebut maka seorang manejer harus memiliki kemampuan untuk mengelolanya.
Pengelolaan sumberdaya manusia di sekolah disebut dengan manajemen personel. Personel sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru (tenaga pengajar) dan unsur karyawan. Kepala sekolah sebagai manajer di dalam lembaga pendidikan. Sekolah memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia. Kepala sekolah diwajibkan mendayagunakan seluruh personel secara efektif dan efisien agar tercapai secara optimal melalui pemberian tugas-tugas jabatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing individu (Hasbullah,2006:111).
Adapun yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manejer untuk mendayagunakan sumberdaya manusia di dalam organisasi pendidikan adalah sebagai berikut (Hasbullah,2006:):
  • Mengembangkan perencanaan pendidikan dan prioritasnya di dalam kerangka acuan yang dibuat oleh pemerintah.
  • Memonitor dan mengevaluasi setiap kemajuan yang telah dicapai dan menentukan apakah tujuannya telah sesuai kebutuhan untuk peningkatan mutu/kualitas.
  • Menyajikan laporan terhadap hasil dan performannya kepada masyarakat dan pemerintah sebagai konsumen dari layanan pendidikan (akuntabilitas terhadap stokeholders).

2. Guru di sebuah lembaga pendidikan merupakan salah satu komponen dari sekian banyak tenaga pendidik dan kependidikan. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, guru harus memiliki kemampuan profesional sesuai dengan jabatan profesi yang disandangnya. Sedangkan istilah profesi dapat diketahui dari sumber makna, yaitu etimology, makna terminology, makna sociology, dan makna ideology. Dengan menggunakan keempat sumber makna tersebut, guru akan menyandang predikat seorang yang profesional. Sebagaimana dinyatakan oleh Oemar Hamalik (2006:42) bahwa profesionalisme dosen mengandung unsur kepribadian, keilmuan, dan ketrampilan. Dengan demikian kemampuan profesional tentu saja meliputi ketiga unsur tersebut walaupun tekanan lebih besar terletak pada unsur ketrampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakan. Sehingga Danim (2002) menyatakan bahwa “manusia profesional memiliki beberapa sifat yang berbeda dengan manusia yang tidak profesional meskipun berada pada pekerjaan dan dalam ruangan kerja yang sama”. Coba saudara jelaskan masing defenisi istilah dari keempat sumber makna yang telah disebutkan di atas. Kemudian kaitkan bagaimana keempat sumber makna tersebut dengan pencapaian tingkat profesionalisme bagi seorang guru, dan akhirnya sebutkan karakteristik dari seorang guru yang layak disebut sebagai seorang profesional.


JAWABAN :

Pengertian Profesi (Kunandar,2007)
1. Etimology
Profesi merupakan suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
2. Terminology
Profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan pendidikan dan pelatihan secara khusus.
3. Ideology
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
4. Sociology
Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan khusus yang mendalam seperti bidang hukum, militer, keperawatan, kependidikan, dan sebagainya.

Profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.
Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien.
Profesiaonalisme adalah kondisi, arah, tujuan, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.

Seorang guru akan dapat menyandang predikat profesional apabila memiliki beberapa unsur (Oemar Hamalik, 2004:42-43) :

  • Unsur keilmuan (Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan)
    Guru selaku ilmuan bertanggung jawab untuk memajukan ilmu ,terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan.
    Untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang penelitian, guru harus memiliki kompetensi tentang dan cara penelitian, seperti cara membuat desain penelitian, cara merumuskan masalah, cara menentukan alat pengumpul data, dan cara mengelola data dengan teknik statistik yang sesuai, selanjutnya harus mampu menyusun laporan hasil penelitian agar dapat disebarluaskan.
  • Unsur kepribadian (Guru sebagai pendidik dan pengajar)
    Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan.
  • Unsur keterampilan
    Sehubungan dengan peranannya sebagai pendidik, guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran/bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode pengajaran, teknologi pendidikan, teori evaluasi dan psikologi belajar, dan sebagainya. Pelaksanaan peran ini menuntut keterampilan tertentu, sebagai berikut :
  • Terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran
  • Terampil menyusun satuan pelajaran
  • Terampil menyampaikan ilmu kepada murid
  • Terampil menggairahkan semangat belajar murid
  • Terampil memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan
  • Terampil melakukan penilaian hasil belajar murid
  • Terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar
  • Terampil mengatur disiplin kelas, dan berbagai keterampilan lainnya

3. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Berikan penjelasan bagaiman pelaksanaan pendidikan bagi peserta didik pada masing-masing jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tersebut. Selanjutnya apa pendapat saudara sehubungan dengan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun bila dilihat dari cara rekrutmen calon siswa yang akan melanjutkan pendidikan dari tingkat SD ke tingkat SMP.


JAWABAN:

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pelaksanaan jalur pendidikan, tercermin dalam :

  • Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
  • Pendidikan non-formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
  • Pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pelaksanaan jenjang pendidikan terbagi dalam :

  • Pendidikan dasar
    Yaitu pendidikan Sekolah Dasar (SD)
  • Pendidikan menengah
    Terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
  • Pendidikan tinggi
    Terdiri dari Pendidikan Sarjana, Pendidikan Pascasarjana, dan Pendidikan Doktor

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan
Pelaksanaan jenis pendidikan, tercermin dalam :

  • Pendidikan Anak Usia Dini
    Merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir, sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
  • Pendidikan Jarak Jauh
    Pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
  • Pendidikan Berbasis Masyarakat
    Merupakan penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat.
    (UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003)

Pelaksanaan wajib belajar 12 tahun kurang maksimal terutama pada wilayah perkotaan, contohnya masih ada perbedaan antara keluarga mampu yang tak mampu. Hal ini dapat terlihat dari ketidak sesuaian jumlah kursi yang ada. Jumlah kursi yang tersedia lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah calon peserta didik, akibatnya timbulah istilah “pilih kasih” dalam penerimaan siswa baru. Selain itu, seleksi penerimaan yang diadakan oleh sekolah kurang objektif (masih ada calon siswa titipan).

4. Ada satu anggapan di mayarakat umum dan masyarakat pendidik, bahwa setiap pergantian menteri akan terjadi pergantian kebijakan, khususnya pada pergantian kurikulum sekolah. Pergantian kurikulum seringkali tidak dilakukan evaluasi secara konfrehensif dari pengambil kebijakan sehingga tidak pernah diketahui apakah kurikulum sebelumnya mengalami kegagalan atau keberhasilan. Beri komentar sehubungan dengan pergantian kurikulum yang begitu cepat. Berikan alur yang jelas implementasi kurikulum dari tingkat pusat sampai ke satuan pendidikan, sehingga tenaga pendidik yang ada di tingkat satuan pendidikan dapat mengoperasionalkan kurikulum tersebut di lapangan.


JAWABAN :

Landasan pengembangan Kurikulum
Menurut Hamalik (2002) dalam Kunandar (2007:116-117), pengembangan kurikulum harus berlandaskan:
tujuan dan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum;
sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia;
perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik perkembangan peserta didik;
keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk IPTEK (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologi);
kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya;
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Selain itu juga, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menurut Hamalik (2002) dalam Kunandar (2007:117-119) adalah sebagai berikut:

  1. Berorientasi pada tujuan, artinya penegmbangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan pendidikan. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga unsusr tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
    Relevansi (kesesuaian), artinya pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masayarakat, tingkat perkembanagn dan kebutuhan peserta didik, serta serasi dengan perkembangan ilmu penegetahuandan teknologi.
    Efisiensi dan efektivitas, artinya pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisiensi dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal.
  2. Fleksibilitas (keluwesan), artinya kurikulum haruslah luwes, mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi, berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat jadi tidak kaku atau statis.
  3. Berkesinambunagn atau kontinuita, artinya kurikulum disusun secara berkesinambungan di mana bagian-bagian aspek-aspek materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan peserta didik.
  4. Keseimbangan, artinya penyusunan kurikulum penyusunan kurikulum harus memerhatikan kesimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-progra, anatara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbanagn juga diperlukan anatara teori dan praktek, antara unsusr-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh.
  5. Keterpadauan, artinya kurikulum yang dirancang dan dilaksanakan berdasakan prinsip keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolsk dari masalah atau topik konsistensi antara unsur-unsurnya.
    Mutu, artinya penegmbangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan bermutu artinya pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.

KOMPUTER DAN MULTIMEDIA

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan ilmu dan tekonologi begitu pesatnya, laju perkembangan itu demikian luasnya hingga hampir mencakup seluruh kehidupan manusia. Khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi inilah yang melatar belakangi perlunya penerapan iptek di bidang pendidikan.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang mencetak kader-kader pembangunan bangsa dituntut dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang sedang terjadi saat ini. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak - ­anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalannya akan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di era informasi global sekarang ini, kita dapat memnfaatkan teknologi informasi yang perangkat utamanya adalah komputer. Informasi yang dapat dilakukan tersebut tidak hanya sebatas informasi suara atau gambar, saja melainkan bisa bersifat multimedia ( berbagai jenis sarana ).
Sangat beragam manfaat komputer, mulai sebagai alat bantu menulis, menggambar, mengedit foto, memutar video, memutar lagu, menganalisa data hasil penelitian, mengoperasikan program-program , penyelesaian masalah bisnis, masalah ilmiah, mengendalikan mesin industri, bahkan hingga mengendalikan pesawat ruang angkasa
Kesemua proses itu dilakukan agar setiap data yang diolah dapat menghasilkan informasi yang cepat, akurat, dan efisien.
Dibidang pendidikan tidak terkecuali di negara kita komputer sudah digunakan dan diperkenalkan pada sekolah-sekolah pada tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan di kota-kota besar komputer sudah diperkenalkan sejak taman kanak-kanak bahkan play group.
Selain sebagai alat bantu untuk pembelajaran yang interaktif, bersifat audiovisual, komputer juga memberikan kemudahan untuk proses pembelajaran itu sendiri.

B. PEMBAHASAN

1. KOMPUTER

1.1. Pengertian Komputer

Menurut Robert H. Blismer Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas :
• menerima input,
• memproses input sesuai dengan programnya,
• menyimpan perintah-perintah dan hasil dari pengolahan,
• menyediakan output dalam bentuk informasi.

Menurut Donald H. Sander Komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang agar secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output dengan instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori (stored program).
Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika, dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika.
Arti istilah Computer berkaitan erat dengan pengertian Alat bantu bagi manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perangkat elektronik yang dapat dipakai untuk mengolah data dengan perantaraan sekumpulan program dan mampu memberikan informasi dari hasil pengolahan tersebut. Dalam bahasa indonesia sering ditulis dengan komputer.
Istilah Computer berasal dari kata Compute, yang berarti menghitung. Artinya, setiap proses yang dilaksanakan oleh komputer merupakan proses matematika hitungan. Jadi apapun yang dilakukan oleh komputer, baik penampakan pada layar monitor, suara, gambar, dll. diolah sedemikian rupa dari perhitungan secara elektronik.
Komputer adalah hasil dari kemajuan teknologi elektronika dan informatika yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menulis, menggambar, menyunting gambar atau foto, membuat animasi, mengoperasikan program analisis ilmiah, simulasi dan untuk kontrol peralatan.

Robert Taylor,( dalam Aji Suprianto, 2005:11) berpendapat bahwa ada tiga
peranan komputer dalam pendidikan, yaitu:
  1. Sebagai Tutor
    Komputer berperanan sebagai pengajar melalui pendekatan pengajaran berbantuka komputer atau sebagai alat pengajaran atau Computer Based Education (CBE)
  2. Sebagai Tool
    Komputer sebagai alat untuk memudahkan proses pengajaran, untuk melakukan pengolahan data proses pembelajaran seperti pengolahan data nilai siswa, penjadwalan, beasiswa, dan sebagainya.
  3. Sebagai Tutee
    Komputer berperana sebagai bahan yang diajar

Komputer memberikan kemudahan dalam mencari dan menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. Menurut Heinich, 1996: 238 bahwa komputer dapat didesain untuk melakukan beberapa metode pendekatan didalam proses antara lain:

  • Drill-and Practice (latihan)
    Siswa dapat melakukan serangkaian latihan yang telah didesain, biasanya untuk pelajaran matematika, bahasa, menyusun kata, dan membuat kalimat.
  • Tutorial (tutor)
    Komputer berperan sebagai tutor, interaksi terjadi langsung antara siswa dan komputer dengan bimbingan guru dalam melaksanakan instruksi yang ada pada komputer.
  • Gaming (permainan)
    Sebagai reward atas tercapainya beberapa keberhasilan yang dicapai siswa dalam penugasan
  • Simulation (simulasi)
    Memberikan pengalaman langsung kepada siswa seperti dalam keadaan sesungguhnya tanpa harus menghadapi resiko bahaya, misal dalam pelajaran biologi siswa seolah dapat menyentuh organ dalam tubuh manusia
  • Discovery (penemuan)
    Diberikan tentang suatu informasi, data. Siswa berupaya mengolah informasi dari data yang ada dengan membuat hipotesa.
  • Problem Solving (pemecahan masalah)
    Siswa dilatih untuk memilki kemampuan untuk mencari solusi suatu masalah

1.2. Perangkat Komputer

Perlengkapan elektronik (hardware) dan program (perangkat lunak/software) telah menjadikan sebuah komputer menjadi benda yang berguna. Sebuah komputer yang hanya memiliki perlengkapan elektronik saja atau software saja tidak akan berfungsi. Dengan ada keduanya maka komputer dapat berfungsi menjadi alat yang berguna. Namun setelah adanya hardware dan software maka diperlukan juga brainware. Jika diuraikan, perangkat-perangkat komputer tersebut sebagai berikut :

a. Hardware / Perangkat Keras
Hardware adalah peralatan dalam bentuk fisik yang menjalankan sistem komputer. Hardware digunakan sebagai media untuk menjalankan software dan peralatan ini berfungsi untuk menjalankan instruksi-instruksi yang diberikan lalu mengeluarkannya dalam bentuk informasi yang digunakan oleh manusia untuk laporan.
Perangkat keras komputer terdiri dari :

  • Input device
    Merupakan alat yang digunakan untuk memasukan data atau instruksi ke dalam komputer. Contoh : keyboard, mouse, lightpen, dan joystick.
  • Process device
    Merupakan alat yang digunakan untuk melaksanakan kumpulan instruksi yang akan ditujukan untuk menghasilkan suatu hasil tertentu. Alat ini disebut CPU (Central Processing Unit).
  • Output device
    Merupakan alat yang digunakan untuk menampilakn laporan atau informasi hasil pengolahan dari input, baik ditampilkan pada layar monitor maupun dicetak pada media lain. Contoh : monitor, printer, plotter.


b. Software / Perangkat Lunak
Software yaitu rangkaian prosedur dan dokumentasi program yang berfungsi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dikehendaki. perangkat lunak ini dijalankan pada process device jika mendapatkan masukan respon dari input device dan hasil proses yang dilakukan oleh perangkat lunak dikeluarkan dengan output device. Contoh : DOS, Microsoft Windows, Unix, dan Linux.

c. Brainware / Perangkat Pikir
Brainware yaitu orang yang menggunakan komputer. Orang tersebut harus mempunyai kemampuan minimal dapat memasukkan data dan mengeluarkan informasi. Perangkat pikir sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses yang dilakukan pada process device,karena komputer hanya akan bekerja jika mendapatkan instruksi yang diberikan oleh perangkat pikir.

1.3. Pengelompokan Komputer

a. Komputer Berdasarkan Data yang Diolah
Komputer Analog. Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk menerima sinyal analog, biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan untuk data yang tidak berbentuk angka, karena data yang didapatkan adalah data yang bersifat gelombang. Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan. Sebagai contoh, komputer ini digunakan untuk melakukan pengecekan suhu, penghitung aliran BBM pada SPBU, mengukur kekuatan cahaya, dan lain-lain. Komputer ini banyak digunakan untuk kegiatan ilmiah.
Komputer Digital. Komputer ini merupakan komputer yang kebanyakan kita kenal. Data yang diterimanya adalah data yang sudah berupa data digital. Sedangkan fungsinya digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, huruf, tanda baca dan lain-lain.
Komputer Hybrid. Merupakan komputer yang memiliki kemampuan dari komputer analog dan komputer digital. Komputer jenis ini diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, denganperkataan lain,data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya.

b. Komputer Berdasarkan Penggunaannya
Special Purpose Computer. Special purpose computer berarti komputer untuk keperluan khusus. Komputer ini dirancang hanya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Perangkat yang ada dalam komputer ini,baik komponen input, output,pemrosesan serta saftwarenya telah dirancang untuk keperluan tersebut. Biasanya software yang mengendalikan proses sudah berada langsung pada sistem. Contoh : komputer yang digunakan untuk kasir di supermarket.
General Purpose Computer. Merupakan komponen yang dibuat untuk keperluan secara umum, sehingga komputer tersebut dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal computer berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal Computer merupakan salah satu contoh dari kategori ini.

c. Komputer Berdasarkan Skala Kemampuannya
Berikut ini kategori komputer yang dilihat berdasarkan kemampuannya untuk memproses, baik dalammelayani user, pemrosesasn aplikasi, dankemampuan untuk melaksanakan tugas dalam banyak hal sekaligus pada saat ybersamaan.
Small Scale Computer. Komputer skala kecil merupakan komputer yang memiliki kemampuan proses dalam jumlah kecil. Komputer yang termasuk dalam kategori ini adalah komputer dekstop atau komputer pribadi yang umumnya digunakan oleh satu orang pada satu saat.
Medium Scale Computer. Komputer yang termasuk komputer skala menengah adalah komputer mini, yang biasanya melayani penggunaan pada dumb terminal.
Large Scale Computer. Komputer yang termasuk ke dalamkategori ini adalah komputer mainframe. Pada mesin tersebut dapat diakses beramai-ramai, dan sudah dilengkapi dengan perangkat dan software yang lengkap. Penggunaannya pun untuk mengolah perhitungan dengan kemampuan yang cukup rumit untuk diselesaikan oleh komputer medium dan small.

1.4. Klasifikasi Komputer

Klasifikasi komputer terbagi menjadi enam, yaitu :

1. Microcontroller
Microcontroler memiliki semua peralatan pokoknya sebagai sebuah komputer dalam satu chip. Peralatan tersebut diantaranya adalah pemrosesan (processing), memori, input dan output.
Kadangkaal pada microcontroller ini, beberapa chip digabungkan dalam satu papan rangkaian. Perangkat ini sangat ideal untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat khusus, sehingga aplikasi yang diisikanke dalam komputer ini adalah aplikasi yang bersifat dedicated. Jika dilihat dari harga, microcontroller umumnya lenbih murah dibandingkan dengan komputer lainnya, karena perangkatnya relatif sederhana. Contoh : diantaranya adalah komputer yang digunakan pada mobil untuk mengatr kestabilan mesin, alat untuk mengatur lampu lalu lintas.

2. Microcomputer
Komputer ini khususnya digunakan untuk single user, biasa disebut juga dengan komputer dekstop atau komputer pribadi (personal komputer). Komputer ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk mampu berinteraksi dengan penggunanya. Penggunanya sangat populer pada penggunaan di rumah, atau untuk manjalankan aplikasi bisnis.

3. Engineering Workstation
Komputer ini lebih powerfull apabila dibandingkan dengan komputer pribadi, umumnya komputer ini digunakan untuk menjalankan aplikasi yang dipakai oleh para ahli teknik dalam melakukan perhitungan dan penyelesaian pekerjaannya. Aplikasi yang digunakan lebih cenderung pada software yang banyak melakukan berbagai perhitungan, baik secara tiga dimenasi maupun secara matematika lainnya. Contoh aplikasi yang digunakan untuk komputer golongan ini adalah CAD (computer Aided design) yang digunakan untuk melakukan perancangan gambar teknik.

4. Minicomputer
Komputer ini umumnya digunakan untuk banyak pemakai (multiuser) pada saat yang bersamaan, dan time shared. Time shared ini artinya memungkinkan komputer tersebut untuk digunakan oleh beberapa pemakai sekaligus secara bersama-sama, dan komputer akan membagi-bagi waktunya bergantian untuk masing-masing pemakai. Tentunya penggantian waktu layanan ini tidak terlalu terasa bagi pemakai, mengingat pembagian waktunya dihitung dalam waktu yang sangat sempit, atau dalam satuan perseribu detik, tergantung sistem yang digunakan.
Pelayanan pada penggunanya lebih dititikberatkan kepada proses, bukan terhadap interaksi pengguna komputer tersebut. Contoh komputer yang termasuk ke dalam golongan ini adalah IBM AS/400. Komputer ini lebih cenderung digunakan pada untuk suatu kelompok pengguna atau per departemen pada perusahaan besar.

5. Mainframe
Pada tahap awal mualinya komputerisasi, mainframe merupakan satu-satunya komputer yang ada pada waktu itu. Mainframe ini dapat melayani ratusan penggunanya pada saat yang bersamaan. Komputer ini mirup dengan microcomputer namun leih besar dan lebih mahal. Penggunannya umumnya untuk pengelolaan data dari suatu divisi atau perusahaan besar, yang membutuhkan pengelolaan yang cukup berat.

6. Supercomputer
Komputer ini merupakan komputer yang powerfull yang ada. Aplikasi yang digunakan biasanya lebih cenderung untuk penelitian ilmiah. Komputer ini biasanya memiliki beberapa prosesor sekaligus untuk menjalankan tugasnya.

1.5. Sistem Kerja Komputer

Sistem kerja komputer secara garis besar terbagi atas 3 bagian, dan seluruh bagian ini saling berkaitan satu sama lain.
Gambar 3. Sistem Kerja Komputer
Keterangan :
Input device atau alat masukan adalah perangkat keras komputer yang berfungsi untuk memasukkan data atau perintah ke dalam komputer
, Contoh : Keyboard, Mouse, Scanner, Kamera Digital, Tocuh Pad, Microphone.
Process device atau alat pemroses adalah perangkat keras komputer yang berfungsi untuk mengolah data atau perintah yang diterima oleh alat masukan dan memberikan hasil pengolahan data tersebut kepada bagian output. Contoh : CPU
Output device atau alat keluaran adalah perangkat keras komputer yang berfungsi untuk menampilkan hasil yang telah diolah oleh bagian proses. Contoh : Monitor, Printer, Speaker.

2. MULTIMEDIA

2.1. Pengertian Multimedia

Menurut Wikipedia Indonesia ensiklopedia berbahasa Indonesia pengertian multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Sedangkan Jamaluddin dan Zaidatun menerangkan bahwa multimedia sebagai proses komunikasi interaktif berasaskan teknologi komputer yang menggabungkan penggunaan unsur-unsur media dalam persembahan informasi.
Dalam industri elektronika, multimedia adalah kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996) atau multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen yaitu, suara, gambar dan teks (Mc Cormick, 1996) atau multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat berupa audio (suara,musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dkk, 2002) atau multimedia merupakan alat yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video (Robin dan Linda, 2001).
Definisi lain dari multimedia yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan oleh Hoftsteter (2001), multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video dan animasi dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Dalam definisi ini terkandung empat komponen penting multimedia. Pertama, harus ada komputer yang mengkoordinasi apa yang dilihat dan didengar yang berinteraksi dengan kita. Kedua, harus ada link yang menghubungkan kita dengan informasi. Ketiga, harus ada alat navigasi yang memandu kita, menjelajah jaringan informasi yang saling terhubung. Keempat, multimedia menyediakan tempat kepada kita untuk mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi dan ide kita sendiri. Jika salah satu komponen tidak ada, maka bukan multimedia dalam arti luas namanya. Misalnya jika tidak ada komputer untuk berinteraksi maka itu namanya media campuran, bukan multimedia. Jika tidak ada link yang menghadirkan sebuah struktur dan dimensi, maka namanya rak buku, bukan multimedia. Kalau tidak ada navigasi yang memungkinkan kita memilih jalannya suatu tindakan maka itu namanya film, bukan multimedia. Demikian juga jika kita tidak mempunyai ruang untuk berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka namanya televisi, bukan multimedia. Dari definisi diatas, maka multimedia ada yang online (internet) dan multimedia yang offline (tradisional).
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan. Selain dari dunia hiburan, Multimedia juga diadopsi oleh dunia Game.

2.2. Unsur-unsur Multimedia

Unsur – unsur pendukung dalam multimedia antara lain :

  • Teks. Bentuk data multimedia yang paling mudah disimpan dan dikendalikan adalah teks. Teks merupakan yang paling dekat dengan kita dan yang paling banyak kita lihat. Teks dapat membentuk kata, surat atau narasi dalam multimedia yang menyajikan bahasa kita. Kebutuhan teks tergantung pada kegunaan aplikasi multimedia. Secara umum ada empat macam teks yaitu teks cetak, teks hasil scan, teks elektronis dan hypertek.
  • Grafik. Alasan untuk menggunakan gambar dalam presentasi atau publikasi multimedia adalah karena lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibandingkan dengan teks. Gambar dapat meringkas dan menyajikan data kompleks dengan cara yang baru dan lebih berguna. Sering dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyajikan seribu kata. Tapi ini berlaku hanya ketika kita biasa menampilkan gambar yang diinginkan saat kita memerlukannya. Multimedia membatu kita melakukan hal ini, yakni ketika gambar grafis menjadi objek suatu link. Grafis sering kali muncul sebagai backdrop (latar belakang) suatu teks untuk menghadirkan kerangka yang mempermanis teks. Secara umum ada lima macam gambar atau grafik yaitu gambar vektor (vector image), gambar bitmap (bitmap image), clip art, digitized picture dan hyperpicture.
  • Bunyi atau Sound. Bunyi atau sound dalam komputer multimedia, khusunya pada aplikasi bidang bisnis dan game sangat bermanfaat. Komputer multimedia tanpa bunyi hanya disebut unimedia, bukan multimedia. Bunyi atau sound dapat kita tambahkan dalam produksi multimedia melalui suara, musik dan efek-efek suara. Seperti halnya pada grafik, kita dapat membeli koleksi sound disamping juga menciptakan sendiri. Beberapa jenis objek bunyi yang biasa digunakan dalam produksi multimedia yakni format waveform audio, compact disk audio, MIDI sound track dan mp3.4. VideoVideo adalah rekaman gambar hidup atau gambar bergerak yang saling berurutan. Terdapat dua macam video yaitu video analog dan video digital. Video analog dibentuk dari deretan sinyal elektrik (gelombang analog) yang direkam oleh kamera dan dipancarluaskan melalui gelombang udara. Sedangkan video digital dibentuk dari sederetan sinyal digital yang berbentuk yang menggambarkan titik sebagai rangkaian nilai minimum atau maksimum, nilai minimum berarti 0 dan nilai maksimum berarti. Terdapat tiga komponen utama yang membentuk video digital yaitu frame rate, frame size dan data type. Frame rate menggambarkan berapa kali bingkai gambar muncul setiap detiknya, sementara frame size merupakan ukuran fisik sebenarnya dari setiap bingkai gambar dan data type menentukan seberapa banyak perbedaan warna yang dapat muncul pada saat bersamaan.
  • Animasi. Dalam multimedia, animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar. Ada sembilan macam animasi yaitu animasi sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi spline, animasi vector, animasi karakter, animasi computational dan morphing.

2.3. Jenis-jenis Multimedia

Berdasarkan kegunaannya multimedia pembelajaran ada 2 macam yaitu:

  • Multimedia presentasi pembelajaran.
    Multimedia presentasi pembelajaran adalah alat bantu guru dalam proses pembelajaran dikelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Contohnya Microsoft Power Point.
  • Multimedia pembelajaran mandiri.
    Multimedia pembelajaran mandiri adalah sofware pembalajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge dan tacit knowledge , mengandung fitur assemen untuk latihan,ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalah.Contohnya Macromedia Authorware atau Adobe Flash.

2.4. Syarat yang Harus Dipenuhi dalam Multimedia

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam multimedia yang baik adalah :

  • Pengoperasian yang mudah dan familiar.
  • Mudah untuk install ke computer yang akan digunakanan.
  • Media pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.
  • Sistem pembejaran yang mandiri artinya siswa dapat belajar dengan mandiri baik disekolah maupun dirumah tanpa bimbingan dari guru.
  • Sedapat mungkin dengan biaya yang ringan dan terjangkau.

2.5. PEMANFAATAN KOMPUTER DAN MULTIMEDIA

Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.

2.6. PERLUNYA MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Didalam kegiatan proses belajar mengajar (PBM) sering kali dihadapkan pada materi yang abstrak dan diluar pengalaman siswa sehari-hari,sehingga materi ini sulit untuk diajarkan oleh guru dan dipahami oleh siswa..Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dalam proses belajar mengajar. Visualisasi pada proses pembelajaran berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia diharapkan membuat visualisasi lebih menarik.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar peng. alaman belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning”). Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu pengertian.
Dalam hal ini computer dengan dukungan multimedia dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multideminsional secara interaktif. Visualisasi tersebut akan mempermudah dalam memilih, mensintesa dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahami. Multimedia hanya salah satu sarana yang mempermudah proses belajar mengajar tetapi belum tentu sesuai untuk menyajikan semua pokok bahasan dalam proses belajar mengajar.

2.7. PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN

  • Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif
  • Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berkangsung sehingga akan menambah motivasi siswa.
  • Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
  • Mampu menvisualisasikan materi yang abstrak.
  • Media penyimpanan yang relative gampang dan fleksibel
  • membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar
  • menampilkan obyek yang terlalu besar kedalam kelas
  • menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang


C. SIMPULAN
1. Komputer adalah hasil dari kemajuan teknologi elektronika dan informatika yang berfungsi sebagai alat bantu untuk menulis, menggambar, menyunting gambar atau foto, membuat animasi, mengoperasikan program analisis ilmiah, simulasi dan untuk kontrol peralatan.
2. Komputer terdiri dari :
Hardware
- Input
- Process
- Output

Sorfware
- System Operasi
- Bahasa Pemrograman
- Program Paket

Brainware
- Operator
- Programer
- System Analyst

3. Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan
teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link)
sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.

4. Pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran.
- Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif
- Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berkangsung sehingga akan menambah motivasi siswa.
- Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
- Mampu menvisualisasikan materi yang abstrak.
- Media penyimpanan yang relative gampang dan fleksibel
- membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar
- menampilkan obyek yang terlalu besar kedalam kelas
- menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang

Landasan Teori Komunikasi dan Informasi

Oleh : Zulherman


A. Pendahuluan

Teknologi komunikasi dan infomasi telah berkembang dengan sangat pesat sehingga sudah merupakan gejala dunia. Teknologi itu sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia sejak dikembangkannya sistem komunikasi sateit domestik. Pada bulan September 1974 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memprakarsai suatu seminar Nasional (yang dihadiri pula oleh sejumlah peserta dari luar negeri) “Sistem Komuikasi Satelit Domestik untuk Pendidikan dan Pembangunan”.
Untuk lebih memantapkan dan mengoperasionalkan berbagai pengkajian dan masukan dari hasil seminar tersebut, kemudian dibentuk suatu Tim Studi Pra-Investasi Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan. Tim itu yang berintikan 16 orang telah melibatkan secara aktif sekurangnya 70 ahli dan pejabat dari lingkungan pemerintah, swasta, dan masyarakat (termasuk BAPPENAS, Hankam, Bakin, LIPI, LAPAN, TVRI, RRI, dan lembaga/perorangan lain yang berkaitan) serta 10 orang ahli dari luar negeri (UNESCO, USAID, dan dari universitas luar negeri) diberi tugas oleh Pimpinan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk merumuskan usulan kebijakan pengembangan dan pembinaan pendidikan dan kebudayaan.
Berbagai kajian yang disajikan menunjukkan bahwa sejak PELITA I hingga IV telah banyak diberikan perhatian akan pengembangan dan pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengembangan pendidikan dan kebudayaan. Namun dengan kondisi sekarang ini, dimana tuntutan akan pendidikan yang lebih bermutu dan lebih tersedia (accessable) semakin meningkat, diperlukan perhatian dan penanganan yang lebih besar lagi.
Indonesia, sebagaimana halnya dengan negara sedang berkembang lainnya, menghadapi masalah dan tantangan yang berat. Pada negara-negara maju proses kemajuan itu berlangsung secara bertahap dan dalam waktu yang relatif lama serta serentak diikuti dengan tumbuhnya pranata-pranata yang diperlukan. Sedangkan pada negara-negara sedang berkembang proses itu berlangsung secara seketika sebelum tatanannya selesai dipersiapkan atau dibenahi dan sebelum sumber daya manusianya mampu menerima dan menyesuaikan diri.
Sumber daya manusia merupakan modal dasar pembangunan yang terpenting. Sumber daya alam dan sumber daya buatan (seperti uang, organisasi dan sarana) memang memberikan kemungkinan untuk pembangunan itu, tetapi sumber daya manusialah yang mampu mewujudkan terjadinya kemungkinan itu.
Selain sebagai faktor pembangunan yang terpenting, sumber daya manusia juga merupakan salah satu sasaran pembangunan, yaitu agar kualitasnya berkembang atau meningkat. Pengembangan kualitas ini mengandung dua sisi pengertian: pertama, kualitas hidupnya sebagai manusia yang tercukupi; kedua, kualitasnya sebagai modal untuk melaksanakan pembangunan yang memenuhi persyaratan kebutuhan.
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan mereka untuk mengembangkan diri. Ketentuan ini merupakan landasan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan untuk pengembangan kualitas manusia itu meliputi segala aspek perkembangan manusia dalam harkatnya sebagai mahluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga negara. Sehingga pendidikan yang paripurna akan meliputi usaha pengembangan jasmani dan rohani, kepribadian, kemasyarakatan, kebangsaan dan kekaryaan, atau sebagai peningkatan kualitas fisik dan nirfisik, yang meliputi kualitas pribadi, kualitas hubungan dengan pihak lain (Tuhan, alam , lingkungan, masyarakat, dan sesama manusia), dan kualitas kekaryaan. UUSPN selanjutnya juga mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang, dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yan berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan adanya suatu sistem pendidikan nasional, maka semua kegiatan orientasi, latihan, pengembangan, penataran, penyegaran, kursus, bimbingan, penyuluhan, les, dan magang atau apapun namanya, termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan ini, sifat dan penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi dan tujuan khusus.
Sistem pendidikan nasional ini dapat dibentuk dari konsep-konsep umum di bidang pendidikan. Salah satu konsep di bidang pendidikan yang dikaji adalah bidang teknologi pendiidikan. Fase Permulaan disusunnya konsep teknologi pendidikan secara sistematis, berlangsung pada tahun 1963 dengan bercirikan pergeseran audiovisual ke arah teknologi pendidikan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kandungan definisi teknologi pendidikan memuat tiga ide utama yaitu:
  1. menggunakan konsep proses dibanding konsep produk
  2. menggunakan istilah massage dan media instrumentation dibanding istilah materials dan machine
  3. memperkenalkan bagian penting dari belajar dan teori komunikasi.

Dari kandungan definisi tersebut maka sejak tahun 1963 terdapat pemahaman bahwa teknologi pendidikan memperoleh kontribusi konsep dari konsep komunikasi, teori belajar, dan teaching machine and programmed instruction.


B. Pembahasan

1. Perkembangan Teori Komunikasi dan Informasi
Teori komunikasi yang dikembangan Harold Lasswell merupakan awal pijakan dalam mempelajari konsep komunikasi dalam pendidikan. Hal ini diperkuat Dale yang menekankan perlunya komunikasi dalam memulai mengajar dan menulis. Konsep komunikasi yang terpilih pada masa itu bergeser dari komunikasi satu arah ke komunikasi dua arah atau interaktif. Konsep komunikasi yang diungkapkan Shannon dan Weaver’s sebagai hasil kajiannya terhadap komunikasi telpon dan teknologi radio menjadi model yang khas yang disebut Mathematical Theory of Communication, dengan komponen-komponennya yang terdiri dari: Information Source, Massage, Transmitter, Signal, Noise Source, Signal Receiver, Reciever, Massage, dan Destination, konsep teori komunikasinya tergolong pada komunikasi linier. Kemudian David Berlo (1960) yang banyak diilhami model Shannon dan Weaver menghasilkan temuannya Model Komunikasi Sender, Massage, Channel, Receiver (SMCR). Konsepnya banyak memberikan perhatian terhadap adanya Massage (pesan) dan Channel (saluran). Model ini menjadi dasar pengembangan dalam komunikasi audiovisual pada pendidikan. Perkembangan ke arah komunikasi interaktif memiliki dampak terhadap perkembangan konsep teknologi pendidikan yang banyak memperhatikan perubahan posisi ahli sandi dalam menerima, mengolah, dan menyampaikan feed back pesan sehingga terjadinya saling memberi informasi.
Hoban yang menyelesaikan doktor di OHIO State University telah menulis buku tentang Visualizing the Curriculum tahun 1937 bersama ayahnya dan Samual Zisman, secara sistematis mereka mengungkapkan hubungan antara bahan ajar secara kongkrit dengan proses belajar. Mereka mulai menggambarkan tentang visual aid atau alat bantu mengajar yang berupa gambar, model, objek yang berupa pengalaman belajar kongkrit kepada peserta didik dengan tujuan untuk memperkenalkan, membangun, memperkaya, atau mengklarifikasi konsep abstrak.
Hoban menggunakan istilah ”management of learning”. Menurutnya bahwa management of learning tidak hanya mengembangkan dan menggunakan bahan belajar dan teknik pembelajaran saja akan tetapi termasuk juga keperluan-keperluan logistik, pendekatan sosiologis, dan faktor ekonomi. Bahkan adanya perubahan paradigma pemanfaatan teknologi pendidikan dalam sistem pendidikan yang pada awalnya kedudukan Audiovisual dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran di kelas pada saat guru mengajar, berubah dengan menempatkan teknologi pendidikan berada dan memberi kontribusi di dalam proses pengembangan kurikulum. Dasar asumsinya bahwa perancangan kurikulum dan tahap pengembangannya menjadi sumber penetapan strategi pembelajaran yang mencakup taktik dalam penyelenggaraan pembelajaran. Di samping itu kedudukan guru tidak hanya penentu model pengajaran yang akan digunakannya, akan tetapi ia pun sebagai bagian dari perekayasa dalam penyelenggaraan pembelajaran.
The International Commission for the Study of Communication Problems (1980) lebih menekankan pengertian komunikasi sebagai proses dalam mempertukarkan berita, data, pendapat, dan pesan antara perorangan dan masyarakat. Komunikasi mempunyai peranan sentral dalam segala kegiatan social, ekonomi, dan politik dalam masyarakat, nasional, maupun internasional.
Rujukan yang terkandung dalam pengertian teknologi komunikasi sebagai suatu proses, tentu lebih sulit lagi karena harus menggabungkan dua konsep yang kompleks. Namun dapat diambil rujukan-rujukan penting sebagai berikut :
  1. proses itu harus rasional dan efisien
  2. harus menyistem, karena dalam pengertian system segala sesuatu akan mempunyai dampak dan dipengaruhi oleh hal lain dalam lingkungannya;
  3. harus bersistem, yaitu mempertimbangkan segala variable yang mungkin berpengaruh dalam menentukan prosedur tindakan agar proses itu efektif, efisien dan serasi
  4. melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan
  5. mengarah pada pemecahan masalah bersama
  6. memadukan berbagai prinsip, konsep, dan gagasan
  7. mempertimbangkan kondisi lingkungan (local, nasional, maupun internasional) untuk mencapai tujuan. Apabila teknologi komunikasi itu diterapkan dalam bidang pendidikan, maka rujukannya sebagai proses harus pula dapat diikuti.

Sedangkan di era informasi, perkembangannya menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :

  1. meningkatnya daya muat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasikan, dan meyajikan informasi
  2. kecepatan penyajian informasi yang meningkat
  3. miniaturisasi perangkat keras yang disertai dengan ketersediaannya yang melimpah
  4. keragaman pilihan informasi untuk melayani berbagai macam kebutuhan;
  5. biaya perolehan informasi, terutama biaya untuk transmisi data yang cepat dalam jarak jauh, yang secara relative semakin turun
  6. kemudahan penggunaan produk teknologi komunikasi dan informasi, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunaknya
  7. kemampuan distribusi informasi yang semakin cepat dan luas, dank arena itu informasi lebih mudah diperoleh, dengan menembus batas-batas georafis, politis, maupun kedaulatan
  8. meningkatnya kegunaan informasi dengan keanekaragaman pelayanan yang dapat diberikan, hingga memungkinkan pemecahan masalah yang ada secara lebih baik serta dibuatnya prediksi masa depan yang lebih tepat.

Berbagai kecendrungan khusus dalam teknologi informasi yang erat kaitannya dengan penyelesaian masalah pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut:
Teknologi siaran. Sejak PELITA I teknologi ini, berupa siaran radio dan televisi, telah diprogramkan untuk mengatasi masalah penyebaran mutu pendidikan. Memang prasarana dan sarana pada waktu itu belum ada atau belum memadai, namun dengan perkembangan teknologi siaran, seperti siaran langsung dari satelit dan pemancar ulang berdaya rendah, telah memungkinkan dicapainya seluruh pelosok tanah air. Jaringan pemancar ulang berdaya rendah ini pada akhir PELITA V direncanakan akan sudah dibangun untuk menjangkau seluruh daerah terpencil/terisolasi, sehingga siaran radio dan televisi dapat meliput 100 % wilayah Indonesia. Kemungkinan peliputan ini juga didukung oleh perkembangan dalam bidang sumber daya bertenaga surya. Televisi swasta telah pula berkembang dengan pesat. Sekarang ini telah beroperasi empat jaringan televisi siaran local, dan dalam waktu dekat akan bertambah enam jaringan baru. Bahkan ada jaringan televisi nasional khusus untuk pendidikan. Jaringan televisi yang bersifat local pun telah mulai memakai jasa SKSD Palapa untuk menyalurkan program-programnya yang dapat ditangkap di seluruh pelosok nusantara. Apa yang tidak mampu diwujudkan sendiri oleh pemerintah selama 22 tahun, ternyata mampu diwujudkan oleh pihak swasta dengan persiapan hanya setahun.
Satelit komunikasi. Sejak tahun 1976 Indonesia telah memasuki era informasi modern dengan beroperasinya SKSD PALAPA I. Sistem satelit komunikasi ini merupakan kebutuhan yang unik bagi Indonesia karena keadaan dan letak geografisnya. Dasar pertimbangan pegembangan system ini adalah untuk keperluan pendidikan, penerangan, dan hiburan, pemerntahan, bisnis dan perindustrian dan pertahanan keamanan. SKSD PALAPA generasi III ang sekarang beroperasi, memiliki kapasitas 48 transponder, yang belum semuanya dapat dimanfaatkan apalagi untuk keperluan khusus pendidikan. Pemanaatan sistem ini masih lebih banyak pada pengiriman dan penerimaan pesan melalui telepon atau untuk konferensi jarak jauh (teleconference) serta untuk pesan tertulis. Perkembangan teknologi yang akan dipakai dalam generasi satelit berikutnya, telah memungkinkan digunakannya satelit komunikasi untuk siaran langsung. Percobaan siaran langsung melalui satelit dengan ATS 6 (Application Technology Sattelite # 6) di India pada tahun 1974-1975 telah menunjukkan hasil-hasil yng positif, meskipun dikehendaki adanya sejumlah perubahan struktural dalam penyelenggaraan pendidikan. Indonesia yang menganut “open sky policy”, jelas menerima luberan transmisi dari ASIASATI I yang meyiarkan ima macam program masing-masing24 jam sehari dari Hong Kong. Dalam waktu dekat diharapkan dapat beroperasi INDOSIAR, satelit siaran langsung yang dioperasikan swasta Indonesia.
Komputer. Perkembangan perangakat keras komputer berlangsung sangat pesat. Kecuali daya muatnya yang semakin besar juga kecepatan operasinya yang semakin tinggi. Komputer mikro NEXT yang ditemukan dan ditemukan oleh Steven Jobs pada bulan Oktober tahun 1988 yang lal, mempunyai kapasitas 256 MB pada disk ukuran 51/4 inci, atau sekitar 300 kali kapasitas komputer meja/personal yang lazim kita kenal atau pakai sekarang ini.
Teknologi video. Perkembangan dalam bidang ini sejalan dengan perkembangan komunikasi dan komputer, meskipun orientasi utamanya adalah untuk keperluan hiburan. Pesawat perekan video yang pertama kali dipakai untuk merekam acara di luar studio merupakan pesawat sebesar satu truk dan dengan pita perekan selebar 2 inci.
Penertian teknologi komunikasi dan informasi sebagai proses tidak terlepas dari pengertian umum teknologi dan komunikasi sendiri. Jacques Ellul (1967, h. xxv), seorang ahli sosiologi Perancis, mengartikan teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia. Gary J. Anglin (1991, h. 7) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lainnya secara bersistem dan menyistem, untuk memecahkan masalah.

2. Potensi Teknologi Komunikasi dan Informasi
Marshall McLuhan (1967) seorang pakar dalam bidang sosio-kultural, mengungkapkan bagaimana medium, atau proses teknologi elektrik dalam masa kita, membentuk dan mengatur kembali pola interdependensi social dan segala aspek kehidupan pribadi kita. Ia telah memaksa kita untuk mempertimbangkan dan menilai kembali hampir semua pikiran, tindakan, dan segenap kelembagaan yang sebelumnya telah kita anggap telah mapan.
Harry Oshima (1976), seoran pakar ekonomi, berpendapat bahwa teknologi komunikasi, dalam masyarakat yang menganut strategi pembangunan “labor-intensive”, akan mempunyai peranan :

  1. Menimbulkan revolusi pertanian. Hal ini merupakan kebijakan pokok dalam strategi labor-intensive yang berakar pada daerah pedesaan. Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan produktivitas pertanian, pekerjaan, pendapatan, produksi bahan makanan; memperluas partisipasi dalam pengambilan keputusan; serta distribusi pendapatan dan kesempatan yang lebih merata.
  2. Mempromosikan industry kecil.Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi, memperbaiki kualitas hasil produksi dan mengekspornya, atau secara singkat meningkatkan keterampilan dan kewiraswastaan.
  3. Pengembangan social-politik. Dalam strategi yang berakar pada pedesaan, keputusan dan pelaksanaannya tidak dapat dilakukan di pusat.
  4. Mengatasi oposisi. Biasanya ada sekelompok anggota masyarakat yang kurang setuju dengan strategi pembangunan yang ditempuh. Mereka ini, bila menempati posisi penting, akan dapat menyebabkan kebingungan dan akhirnya membangkitkan tentangan.

Alvin Toffler (1980), seorang futuris ternama, berpendapat bahwa industry elektronik dan komputer sebagai tools of tomorrow merupakan tulang punggung industry dalam era Gelombang Ketiga, dan yang akan membawa perubahan besar dalam perekonomian dan social politik.
Daniel Lerner (1976), seorang ahli komunikasi ternama, berpendapat bahwa teknologi komunikasi telah memberikan dua dampak yang sangat besar artinya dalam pola pembangunan. Dampak pertama adalah percepatan sejarah. Percepatan sejarah ini telah merangsang terjadinya mobilisasi lingkungan, yang merupakan dampak kedua. Pola perkembangan ini menurut Lerner termanifestasikan dalam bentuk peristiwa tiga tahap, yaitu :

  1. meningkatnya harapan
  2. menigkatnya kekecewaan
  3. pengambilalihan kekuasaan.

Dalam bidang pendidikan, Eric Ashby (1972) berpendapat bahwa teknologi komunikasi telah menimbulkan revolusi yang keempat. Revolusi pertama terjadi ribuan tahun lalu sejak saat masyarakat membedakan tanggung jawab orang dewasa, dan tugas mendidik apara muda beralih dari orang tua kepada guru dan dari rumah ke sekolah.
Revolusi kedua terjadi dengan dipergunakannya bahasa tulisan sebagai sarana untuk pendidikan. Sebelum itu pendidikan berlangsung secara lisan. Revolusi ketiga berlangsung dengan ditemukannya teknik percetakan yang kemudian memungkinkan tersedianya buku secara meluas. Revolusi keempat ditandai dengan perkembangan elektronik terutama dalam bentuk radio, televisi, pita rekaman, dan komputer.

Berdasarkan laporan the Carnegie Commission on Higher Education (1972), revolusi keempat ini telah berkembang selama lebih kurang tiga decade, dan selama itu pula telah mampu menunjukkan karakteristik futuristiknya. Berbagai implikasi perkembangan teknologi itu, khususnya pada jenjang pendidikan tinggi, dilaporkan sebagai berikut :

  • pembelajaran di luar kampus untuk orang dewasa akan semakin berkembang, dan merupakan segmen yang tumbuh pesat dalam pendidikan lanjutan.
  • mahasiswa dalam perguruan tinggi kecil akan mempunyai akses lebih besar dari berbagai sumber.
  • perpustakaan, bilamana berkembang menjadi pusat sumber belajar dalam berbagai bentuk, akan merupaka ciri dominan dalam kampus.
  • bangunan kampus akan berserak, dengan adanya kampus inti di pusat, dan sejumlah kampus satelit yang menimbulkan keakraban pada masyarakat dengan ukurannya yang kecil.
  • tumbuhnya profesi baru dalam bidang media dan teknologi;
  • tuntutan bagi semua mahasiswa (dan tentunya semua warga civitas) untuk menguasai teknologi tertentu, sekurangnya komputer.
  • calon guru sekolah lanjutan dan calon dosen harus dilatih dalam penggunaan teknologi instruksional
  • pengalihan dana yang semula untuk membangun gedung di kampus, untuk biaya operasi pengajaran di luar kampus
  • mahasiswa dituntut untuk belajar lebih mandiri
  • diperlukan tes yang lebih banyak dan lebih baik, untuk menilai kemajuan belajar mahasiswa yang belajar dengan menggunakan teknologi baru.


C. Kesimpulan dan Saran Kebijakan

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tidak mungkin dibendung dengan regulasi. Teknologi itu juga bukan obat mujarab untuk memecahkan masalah pendidikan. Teknologi itu bahkan akan menimbulkan masalah bila tidak mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dan penanganan yang professional. Untuk itu perlu ditingkatkan peran dan fungsi lembaga yang melaksanakan, mengoordinasikan, dan membina kegiatan-kegiatan di bidang teknologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan ini.
Penanganan secara professional sekurang-kurangnya memerlukan tenaga yang terdidik dan terlatih, standar kinerja dengan kode etik tertentu, lembaga Pembina, dan organisasi profesi. Dalam lingkup pendidikan, tenaga ini merupakan tenaga ahli dalam Teknologi Pendidikan. Pendidikan tenaga ahli ini yang sekarang telah dilakukan di IKIP/FKIP perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan. Mereka itu setelah menyelesaikan pendidikan akademiknya tidak seharusnya dituntut untuk menjadi guru, melainkan tenaga kependidikan dengan tanggung jawab khusus merancang, mengembangkan, memanfaatkan, menyebarluaskan, meneliti, dan mengelola kegiatan pendidikan dengan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi.
Teknologi komunikasi dan informasi hendaknya tidak dipandang sebagai artefak saja, melainkan juga dipandang sebagai proses dengan struktur tertentu. Teknologi ini seharusnya dapat dijadikan bagian integral system pendidikan. Sebagai bagian integral masuknya komponen teknologi ini akan mempengaruhi komponen lain, diantaranya perubahan peranan guru dalam satuan pendidikan sekolah.
Dalam satuan pendidikan sekolah hendaknya penggunaan teknologi ini dimulai dengan titik pangkal srategis, yaitu guru. Para guru harus diyakinkan terlebih dahulu akan kegunaan teknologi itu dan bahwa teknologi tidak akan menggantikan kedudukannya sebagai guru, melainkan membantu untuk paling tidak menyimpan dan menyajikan konsep, prinsip dan prosedur yang ingin diajarkannya. Untuk itu para guru harus ditingkatkan rasa percaya dirinya, serta dilibatkan dan ikut partisipasi dalam pengembangannya.
Perancangan dan pengembangan teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan perlu dilaksanakan secara terpadu dan terbuka. Terpadu dengan partisipasi semua pihak yang berkepentingan, dan terbuka dengan jelasnya pembagian kerja dan tanggung jawab masing-masing partisipan. Dengan demikian perancangan dan pengembangan itu tidak dapat dilakukan dibelakang meja sebagai suatu academic exercise.
Perancangan dan pengembangan dalam jangka panjang hendaknya dituangkan dalam satu rumusan kebijakan, sehingga tidak dapat berganti dengan tidak adanya penggantian pejabat. Perancangan dan pengembangan ini harus bertolak dari kebutuhan yang ada, tujuan yang ingin dicapai, dan dengan memperhitungkan kondisi dan kemampuan untuk melaksanakannya. Perlu dikaji kemungkinan re-alokasi anggaran, dengan mengalihkan pendanaan atas hal-hal yang kurang sinkron dengan perkembangan teknologi, seperti penataran guru dengan cara konvensional.
Kecuali itu perlu dipertimbangkan bahwa pengintegrasian teknologi tersebut memerlukan waktu untuk persiapan maupun untuk pelaksanaan. Sehingga kalau dikehendaki agar televisi pendidikan digunakan sebagai bagian integral (bukan hanya sebagai tambahan) di sekolah tradisional, maka harus diperhitungkan infrastrukturnya : kesiapan guru, ketersediaan fasilitas, kemampuan pengelolaan, dan kesesuaian dengan kebutuhan perkembangan.
Untuk mengurangi gejolak dalam system pendidikan tradisional bila teknologi dijadikan bagian integral dan dilaksanakan secara serentak, perlu dikembangkan dan dibina terus program pendidikan kompensatoris sebagai subsistem pendidikan yang parallel dengan subsistem yang tradisional. Hail dan pelajaran yang diperoleh dalam program kompensatoris ini kemudian dicangkokkan pada program yang tradsional sehingga pada akhirnya akan tercapai usaha transformasi pendidikan kea rah terciptanya masyarakat belajar dan informasi.
Oleh karena itu informasi dari luar semakin besar tersebut tidak mungkin dibendung maka perlu adanya usaha yang sengaja mendidik masyarakat (termasuk murid dan guru) agar dapat secara selektif menerima pesan-pesan media masa yang mereka terima. Pendidikan media ini hendaknya secara integrative diberikan sejak kanak-kanak. Sementara itu peran dan fungsi lembaga sensor perlu terus ditingkatkan sehingga mampu menyaring dampak-dampak negatif yang mungkin timbul.
Mengingat kecendrungan perkembangan pertelevisian (swasta) di Indonesia, serta penggunaan satelit siaran langsung, perlu segera diwujudkan adanya satu saluran khusus siaran Radio dan Televisi Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia. Dalam kaitan ini perlu diadakan regionalisasi siaran, sejalan dengan kebijaksanaan kurikulum muatan lokal, untuk lebih mendekatkan program dengan kebutuhan dan karakteristik sasaran.

Ontologi

I. ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI

Sebelum membahas tentang ontologi terlebih dahulu kita harus membahas pengertian dari Pengetahuan, Ilmu, Filsafat dan Filsafat Ilmu. Tanpa mengetahui secara jelas pengertian keempatnya akan mengakibatkan kerancuan dalam pembahasan berikutnya karena kita tidak akan mampu membedakan Pengetahuan, Ilmu, Filsafat dan Filsafat Ilmu dan tidak akan bisa mendudukkan keempatnya pada tempatnya masing-masing dan akibatnya kita juga tidak akan tahu secara tepat dimana sebenarnya posisi ontologi yang akan dibahas.

A. Pengetahuan
Kita melihat, mendengar, merasa, meraba, mencium segala sesuatu. Pengalaman panca indera ini melalui proses langsung kemudian menjadi pengetahuan. Pengetahuan adalah gejala tahunya, secara bagian perbagian, seseorang baik bersumber dari dirinya sendiri maupun orang lain mengenai sesuatu dan dasar sesuatu itu. Jadi, pengetahuan adalah apa yang kita ketahui yang berupa kesimpulan yang merupakan hasil dari pengamatan terhadap suatu gejala yang parsial.

B. Ilmu / Science
Ilmu berasal dari bahasa arab alima sama dengan kata dalam bahasa Inggris Science yang berasal dari bahasa latin Scio atau Scire yang kemudian di Indonesiakan menjadi Sains. Jujun S. Suriasumantri menggambarkannya dengan sangat sederhana namun penuh makna, "Ilmu adalah seluruh pengetahuan yang kita miliki dari sejak bangku SD hingga Perguruan Tinggi".
Dengan demikian dapat diartikan ilmu adalah kumpulan pengetahuan secara holistik yang tersusun secara sistematis yang teruji secara rasional dan terbukti secara empiris. Ukuran kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran ilmu bersifat Rasional dan Empiris.

C. Filsafat
Filsafat berasal dari kata Yunani Philosn dan Sophia yang secara umum berarti Cinta pada Kearifan. Filsafat adalah berfikir secara menyeluruh, mendasar namun spekulatif. Plato dalam The Liang Gie mengemukakan bahwa Filsafat adalah penyelidikan terhadap sifat-sifat dasar yang penghabiskan dari kenyataan.
J.A. Leighton dalam The Field of Philoshopy dalam The Liang Gie berpendapat bahwa Filsafat adalah pencarian suatu totalitas dan keserasian dari pengertian yang lengkap mencakup suatu pandangan dunia atau konsepsi yang beralasan mengenai seluruh kosmos dan suatu pandangan hidup atau ajaran tentang nilai-nilai, makna-makna, dan tujuan-tujuan dari hidup manusia. Dengan demikian, filsafat adalah upaya pengerahan akal budi berupa berpikir yang mendalam dan holistik namun spekulatif mengenai hakikat sesuatu yang bertujuan untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dipertanyakan. Namun, filsafat bersifat spekulatif/asumtif sehingga kebenarannya pun bersifat spekulatif/asumtif.

D. Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu adalah bentuk pemikiran yang mendalam mengenai azas-azas, latar belakang, penyelenggaraan dan keterhubungan di dalam ilmu. atau Filsafat Ilmu juga bisa diartikan sebagai sebuah studi/pembahasan mengenai dasar-dasar ilmu, terbentuknya struktur ilmu serta perkembangan ilmu.

II. ONTOLOGI

A. Ontologi dalam Definisi Aristoteles
Aristoteles berpendapat bahwa ontologi adalah pembahasan tentang hal ada sebagai hal ada (hal ada sebagai demikian) mengalami perubahan yang dalam, sehubungan dengan obyeknya.

B. Ontologi dalam Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan :
- Apakah artinya ada, hal ada?
- Apakah golongan-golongan dari hal yang ada?
- Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?
- Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada?

III. ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU

Ontologi dalam Filsafat ilmu adalah studi/pengkajian mengenai sifat dasar ilmu yang sifat dasar itu menentukan arti, struktur dan prinsip ilmu. Ontologi sebagai landasan terdasar dari ilmu adalah dunia yang jarang dikaji karena keberadaannya yang nyaris tak terlintas di benak sebagian besar para pengguna ilmu.
Pada lapisan ontologi ini diletakkannya "undang-undang dasar" dunia ilmu oleh para pendiri sains modern pada masa Renaisans yang merupakan penentu dari "hendak dibentuk seperti apakah ilmu yang akan dibangun ini". "ketujuan manakah ilmu ini diarahkan" dalam konteks sebagai alat untuk membangun peradaban maka "peradaban seperti apakah yang ingin diwujudkan" dan "sebenarnya sedang menuju kearah manakah kita (ummat manusia dengan menunggang sains modern saat ini?"

A. META FISIKA
Tafsiran yang paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud yang berupa gaib (supernatural) dan wujud-wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Animisme merupakan merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme; dimana manusia percaya bahwa terdapat roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat dalam benda-benda seperti batu, pohon, air terjun dan lain sebagainya. Animisme ini merupakan kepercayaan yang paling tua umurnya dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia dan masih dipeluk oleh beberapa masyarakat di muka bumi.
Sebagai lawan dari supernaturalisme maka terdapat paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supernatural. Materialisme, yang merupakan paham berdasarkan naturalisme, berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat oleh alam itu sendiri yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat diketahui.
Prinsip-prinsip materialisme dikembangkan oleh Democritos (460-370 SM). Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta, yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses pergerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Kalau dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalisme, sebenarnya ada sedikit perbedaan diantara dua paham itu, namun demikian materialisme dapat dianggap suatu penampakan diri dari naturalisme. Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada. yang dimaksud alam disini adalah segala-galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi benda dan ruh sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya, materialisme menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilai benda ruh seperti dalam naturalisme.
Dari segi dimensinya, paham ini sering dikaitkan dengan teori atomisme. Menurut teori ini semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap, tak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari unsur dinamkan atom. Atom dari unsur yang sama akan sama pula rupanya dan sebaliknya. Jika ada perbedaan hanya terjadi pada berat dan besarnya saja. Mereka bisa bersatu menjadi molekul yang terkecil dari atom-atom tersebut. Selanjutnya atom-atom dengan kesatuannya molekul-molekul itu bergerak terus mengikuti undang-undang tertentu. Jadi materialisme menganggap bahwa kenyataan ini merupakan suatu mekanis seperti suatu mesin yang sangat besar. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Democritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang sangat banyak jumlahnya, tak dapat dihitung karena kecil jumlah yang sangat banyak tsb. Atom-atom inilah yang merupakan asal kejadian alam.

B. ASUMSI
Sebelum kita membahas mengenai asumsi ini marila kita simak dahulu mengenai cerita berikut ini. Suatu hari di zaman Wild West, seorang jago tembak kenamaan ditantang oleh seorang petani yang lagi mabuk. Petani ini adalah orang biasa, jadi sama sekali bukan tipe sijago tembak, yang bisa nembak sasaran walaupun mata tertutup. Cuma karena mabuk saja dia berlagak jadi jagoan disebabkan karena otaknya yang sedang tidak beres, kalau waras, mana berani ia menantang penembak profesional yang sudah punya reputasi seantero dunia perkoboian.
Nah, apa yang akan terjadi bisik bandar taruhan. Bukankah kejadian semacam ini jarang terjadi. Berapa pasaran taruhan kita? Bila semua berjalan beres saran konsultan kepada bandar taruhan berdasarkan data tercatat 30 : 1 yang diramalkan petani malang itu sudah pasti akan menemui ajalnya.
Sekarang marilah kita melihat isi cerita diatas.
- mungkin saja pada saat menembak pistol sijago tembak macet.
Dari data yang dapat dikumpulkan ternyata dari 100 peluru yang ditembakkan sebuah pistol satu diantaranya adalah macet. Artinya secara probabilistik meskipun peluangnya 1 dalam seratus, mungkin saja pistol itu macet yang menyebabkan petani selamat (kebetulan) berupa nasib.
Apakah gejala dalam alam ini tunduk kepada determinisme, yakni hukum alam yang bersifat universal, ataukah hukum semacam itu tidak terdapat, sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas, ataukah keumuman memang ada namun berupa peluang, sekadar tangkapan probabilistik?. Ketiga masalah ini yakni determinisme, pilihan bebas probalistik merupakan permasalahan filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek ini serta bagaimana ilmu sampai pada pemecahan masalah yang merupakan kompromi, akan sukar bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik. Sekiranya hukum alam itu meman benar-benar tidak ada maka tidak akan ada permasalahan dengan determinisme, probabilistik atau pilihan bebas. Dengan demikian maka tidak ada masalah tentang hubungan logam dengan panas, tekanan dengan volume, atau IQ dengan keberhasilan belajar. Alhasil lalu ilmu sendiripun tidak ada, sebab ilmu justru mempelajari alam seperti ini.
Jadi marilah kita asumsikan saja bahwa hukum yang mengatur berbagai kejadian itu memang ada, sebab tanpa asumsi ini ilmu itu tidak ada. Hukum disini diartikan sebagai suatu aturan main atau pola kejadian yang diikuti oleh sebaian besar peserta dalam cerita diatas, gejala berulan kali dapat diamati yang tiap kali memberikan hasil yang sama, yang dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hukum itu berlaku kapan saja dan diman saja.
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588 – 1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dahulu. Demikian juga paham determinisme ini bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.
Kompromi digunakan sebagai landasan ilmu, sebab ilmu sebagai pengetahuan berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi, sebab pengetahuan yang bersifat personal dan individual seperti upaya seni, tidaklah bersifat praktis. Jadi diantara kutub determinisme dan pilihan bebas ilmu menjatuhkan pilihannya terhadap penafsiran probabilistik.

C. ASUMSI DALAM ILMU
Marilah kita lihat ilmu yang termasuk paling maju dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya yakni fisika. Fisika merupakan ilmu teoritis yang dibangun diatas sistem penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembuktian induktif yang sangat mengesankan. Namun sering dilupakan orang bahwa fisikapun belum merupakan satu kesatuan konsef yang utuh. Artinya fisika belum merupakan pengetahuan ilmiah yang tersusun secara sistemik, sistematik, konsisten, dan analitik berdasarkan pernyataan-pernyataan ilmiah yang disepakati bersama. Dimana terdapat celah-celah perbedaan dalam fisika? Perbedaannya justeru terletak dalam fundasi dimana dibangun teori ilmiah diatasnya yakni dalam asumsi tentang dunia fisiknya.
Dalam analisis secara mekanistik maka terdapat empat komponen analisis utama yakni zat, gerak, ruang dan waktu. Newton dalam bukunya Philosophia Mathematica (1686) berasumsi bahwa keempat komponen ini bersifat absolut. Zat bersifat absolut dan dengan demikian berbeda secara substantif dengan energi, Einstein berlainan dengan Newton, dalam The Special Theory of Relativity (1905) berasumsi bahwa keempat komponen itu bersifat relatif. Tidak mungkin kita mengukur gerak secara absolut, kata Einstein. Bahkan zat sendiri itupun tidak mutlak, hanya bentuk lain dari energi dengan rumus E = mc2

D. PELUANG
Berdasarkan teori-teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal-hal yang pasti mengenai suatu kejadian. Jadi berdasarkan meteorologi dan geofisikapun tidak pernah merasa pasti bahwa besok hari akan hujan atau tidak akan hujan, yang ada hanyalah bahwa dengan probabilitas 0,8 esok tidak akan turun hujan. Artinya peluang 0,8 secara sederhana diartikan bahwa probabilitas untuk turun hujan besok adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Atau seandainya merasa pasti (100 persen) bahwa besok akan turun hujan maka diberikan peluang 1,0 mencirikan bahwa pada 10 kali ramalan tentang akan turun hujan, atau dengan kata lain yang lebih sederhana, peluang 0,8 mencirikan bahwa 10 kali ramalan tentang hujan turun dan dua kali ramalan itu meleset.
Jadi biarpun kita mempunyai peluang 0,8 bahwa hari akan turun hujan, namun masih terbuka kemungkinan bahwa hari tidak akan hujan. Hal ini disebabkan ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. (dalam soal pretensi maka ilmu kalah dengan pengetahuan perdukunan. Saudara akan sembuh, ujar dukun, minum saja air ini. Jelas dia tidak pernah mengatakan : minum air ini dan dengan peluang 0,7 maka saudara akan sembuh). Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputasan harus didasarkan penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dengan demikian maka akhir dari keputusan terletak ditangan yang memberi keputusan tersebut bukan pada teori-teori keilmuan. (Hal ini merupakan kemungkinan seseorang lebih senang pergi kedukun dibandingkan berkonsultasi pada ahli psikologi atau psikiater yang hanya memberikan alternatif-alternatif yang dapat diambil; sedangkan dukun dengan pasti akan berkata: pilih jalan ini saya jamin pasti berhasil). Oleh sebab itu sekiranya kita mempunyai pengetahuan ilmiah yang menyatakan bahwa” sekiranya hari mendung maka terdapat peluang 0,8 akan turun hujan”, maka pengetahuan itu harus kita letakkan pada permasahan hidup kita yang mempunyai perspektif dan bobot berbeda-beda. Karena bukankah masih terdapat peluang 0,2 bahwa hari akan hujan.

IV. KESIMPULAN

Ternyata ilmu/sains tidaklah sesederhana yang sering kita bayangkan. Sebagai User,kita umumnya memandang bahwa ilmu hanya berkutat pada pembahasan berbagai teori, riset, eksperimen atau rekayasa berbagai teknologi.
Ilmu ternyata merupakan sebuah dunia yang memiliki karakter dasar, prinsip dan struktur yang kesemuanya itu menentukan arah dan tujuan pemanfaatan ilmu.
Karakter dasar, prinsip dan struktur ilmu dibangun oleh para pendiri sains modern pada masa renaisans dimana saat itu para pendiri sains modern menyadari bahwa hidup manusia memiliki tujuan yaitu membangun peradapan ummat manusia dan untuk mencapai tujuannya manusia membutuhkan alat. Alat itu adalah ........ilmu.
Ontologi dalam filsafat ilmu adalah sesuatu yang maha penting karena sebagai lapis terdalam dari fondasi dunia ilmu ia adalah sebuah ruang tempat diletakkannya'' undang-undang dasar dunia ilmu''. Disanalah ditetapkannya kearah mana Sains Modern menuju dan kita sebagai user sains modern, sadar atau tidak adalah orang-orang yang sedang bersama-sama bergerak menuju arah yang sudah ditetapkan oleh para pendiri sains modern.

Ilmu Perilaku

A. Pendahuluan

Teori belajar, sebagai cabang dari sektor ilmu pendidikan, dapat mendorong pengembangan pendidikan dan nilai tambah yang relatif besar dan meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kegiatan teori belajar dan instruksional merupakan salah satu usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan kebutuhan yang essensial untuk makhluk hidup khususnya manusia disepanjang hidupnya, baik sebagai bahan utama secara langsung maupun kebutuhan secara tidak langsung, karena lebih dahulu harus mengalami proses kegiatan pengolahan dengan perlakuan teknologi.
Kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional merupakan suatu bagian terpenting dari teknologi pendidikan yang memiliki potensi cukup besar dalam mengoptimalisasikan peningkatan pendidikan dengan memanfaatkan faktor-faktor yang tersedia yaitu sarana dan prasarana. Dengan memfungsikan hubungan keterkaitan antar sistem berbagai sarana maupun prasarana yang tersedia menjadi suatu kesatuan dalam sistem pendidikan, akan menghasilkan suatu sistem pendidikan yang dapat mengefisiensikan pengembangan pendidikan.
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakaannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Dagne (1979), yaitu sebagai berikut :
  1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon yang akan diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
  2. Pengulangan, situasi dan repon anak diulang-ulang atau dipraktekan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
  3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.
  4. Motivasi Positif dan Percaya Diri dalam belajar.
  5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
  6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
  7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
  8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.


Tiga butir pertama disebut sebagai faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya sebagai faktor-faktor intern. Faktor-faktor ekstern lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik, sementara itu faktor-faktor intern dikembangkan sendiri oleh anak-anak dibawah arahan dan strategi mengajat pendidik.
Belajar merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian hidupnya dan berlangsung seumur hidup. Dalam belajar, si belajar yang lebih penting sebab tanpa si belajar tidak ada proses belajar. Oleh karena itu tenaga pengajar perlu memahami terlebih dahulu teori belajar, alasannya:

  1. Membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi di dalam diri si belajar
  2. Dengan kondisi ini pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar
  3. Mungkin pengajar melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar
  4. Teori ini merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen atau penelitian, dengan demikian dapat meningkatkan pengertian seseorang tentang proses belajar mengajar
    Hipotesis, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ini dapat membantu si pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar yang efektif


B. Pembahasan


Teknologi Pembelajaran
Lumsdaine berpendapat bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.
Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama kearah teknologi pembelajaran. Tiga dalil utama yang diajukan oleh Thorndike pada waktu itu adalah :

  1. Dalil latihan dan ulangan : makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
  2. Dalil akibat : menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respon akan diperkuat bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang.
  3. Dalil kesiapan : karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku yang lain.


Hukum akibat menyatakan bahwa setiap perbuatan yang menghasilkan suatu keadaan yang menyenangkan cenderung akan diulang, dan sebaliknya apabila sesuatu perbuatan mengakibatkan ketidakpuasan akan cenderung dihentikan. Hukum latihan atau keseringan menyatakan bahwa, makin sering diulang atau dilatih, sesuatu tindakan cenderung makin kuat tertanam, dan sebaliknya, semakin kurang dilatih, cenderung makin menghilang. Hukum kesiapan menyatakan bahwa kegiatan yang disertai kesiapan cenderung memberikan rasa puas, dan sebaliknya kegiatan tanpa persiapan cenderung tidak menghasilkan kepuasan.
Menurut Saettler selanjutnya kontribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip :

  1. aktivitas diri
  2. minat/motivasi
  3. kesiapan mental
  4. individualisasi
  5. sosialisasi.
    Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut seorang guru harus mengendalikan kegiatan belajar anak di dalam kelas kearah yang dikehendaki, namun dengan tetap memperhatikan minat dan respons anak terhadap stimulasi yang diberikan. Stimulasi itu perlu disesuaikan dengan kesiapan mental anak, dan kecuali itu perbedaan individual perlu diperhatikan dengan jalan merancang dan mengatur situasi sedemikian rupa serta dengan menggunakan media, agar terjadi hubungan antara apa yang sudah diketahui anak dengan hal yang baru. Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan merancang produk pembelajaran.


Teori Pembelajaran
Menurut Snelbecker perkembangan beberapa posisi psikolog terhadap pendidikan yang lebih sistematis dan ilmiah, berlangsung pada sekitar tahun 1950-an. Perkembangan ini diberi nama “teori pembelajaran” oleh mereka yang memilih pendekatan deduktif dalam menyusun teori, dan disebut “teori pembelajaran” oleh mereka yang lebih memilih pendekatan yang pragmatis dengan terlebih dahulu mengumpulkan sejumlah besar fakta.
Dari pendapat Snelbecker ini dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi pembelajaran merupakan pendekatan sistematis dan ilmiah dari psikologi terhadap masalah pendidikan. Dengan mengutip pendapat Siegel, Snelbecker selanjutnya mengemukakan kegunaan teori atau teknologi :

  1. dapat mengusahakan perbaikan praktik pendidikan seperti yang berlangsung sekarang ini
  2. mampu memprediksi efektif tidaknya suatu inovasi, dan karena itu memberikan bahan pertimbangan kepada para pengelola pendidikan untuk menentukan kebijakan
  3. mengarahkan penelitian untuk masa-masa mendatang secara lebih sistematis.


Tokoh-tokoh utama dalam awal penyusunan teori pembelajaran ini menurut Snelbecker adalah Brunner, Skinner, Glaser, dan Ausubel. Brunner mengemukakan pentingnya teori preskriptif yang melandasi praktik pendidikan, karena yang ada sebelumnya adalah teori yang bersifat deskriptif, yaitu teori perkembangan dan teori belajar. Skinner, sejalan dengan Brunner tentang perlunya teori pembelajaran khusus, menghendaki penelitian langsung atas proses mengajar. Dengan memakai pendekatan induktif berupa analisis langsung atas metode mengajar, akan dapat disusun teori pembelajaran.
Glasser memakai pendekatan induktif yang sama dengan Skinner. Penelitian psikologi dapat dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran, tetapi modifikasi dan penjabaran lebih lanjut prinsip-prinsip itu harus didasarkan pada data empiris. Glasser, seperti dikutip Snelbecker, juga mengemukakan bahwa penerjemahan pengetahuan ilmiah ke dalam praktik pembelajaran memerlukan perkembangan teknologikal.
Teori Behaviorisme
Salah satu contoh teori belajar adalah teori Teori Belajar Behaviorisme (tingkah laku). Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak bisa menjadi bisa membaca).
Yang terpenting dari teori ini adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan output yang berupa respons. Sedang apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons adalah rekasi terhadap stimulus yang diberikan gurunya. Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit (tersirat).
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):

  • Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
  • Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
  • Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
  • Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif
    Adapun kritik terhadap teori behaviorisme adalah:
  • Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalam tempo seketika.
  • Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks
    Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain adalah : Thorndike, Pavlov dan Watson, Hull, Skinner, Gegne, dan Bandura.


Tokoh-tokoh :
1. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum :

  1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
    Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
  2. Hukum latihan
    Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
  3. Hukum akibat
    Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.


2. Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson
Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.


3. Carlk L. Hull
Reinforcement atau penguatan adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction (pengendali pengurangan) daripada faktor kepuasan. Dalam mempelajari hubungan S-R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output.


4. Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan faktor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin.
Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan Skinner membagi menjadi 2 jenis respon.

  1. Responden
    Respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo.
  2. Operans
    Respon yang terjadi karena situasi random. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

  • Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
  • Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
  • Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
  • Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal.


5. Robert Gagne (1916-2002)
Teori gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional :

  • Gaining attention = mendapatkan perhatian
  • Intorm learner of objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
  • Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
  • Present new material = penyajian materi baru
  • Provide guidance = menyediakan pembimbingan
  • Elicit performance = memunculkan tindakan
  • Provide feedback about correctness = siap memberi umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
  • Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
  • Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat.


Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.


6. Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.


C. Penutup


Guru yang menggunakan paradigma behaviourisme akan menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh. Bahan pelajaran disusun hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan diamati, kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan dsb. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.
Landasan-landasan psikologis yang disinggung di atas hanya merupakan contoh yang sangat terbatas, dan itu pun baru meliputi aspek psikologi kognitif. Masih banyak lagi aspek-aspek psikologi seperti persepsi, kepribadian, dan sosial yang tidak disinggung dalam tulisan singkat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Mochtar. 2007. Evolusi Pendidikan di Indonesia. INSISTPress. Jogjakarta.
Ikhsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Rieneka Cipta. Jakarta.
Isjoni. 2006. Membangun Visi Bersama : Aspek-aspek Penting dalam Reformasi Pendidikan. Buku Obor. Jakarta.
Miarso, Yusuf Hadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Pustekkom DIKNAS. Jakarta.
Mudyahardjo, Redja. 2004. Filsafat Ilmu Pendidikan : Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakaarya. Bandung
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak di Indonesia. Rieneka Cipta. Jakarta.
Prasetya. 2002. Filsafat Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung.
Ario, Anto. 2008. Desentralisasi Pendidikan dan Peluang Pendidikan Konservasi. (online) http://www.conservation.or.id/Publikasi/, diakses 5 September 2008.
Effendi, Abu Hadfi. 2008. Pendidikan Berbasiskan Masyarakat. (online) http://re-earchengines.com/0308abu.html, diakses 6 November 2008.
Ivan. 2008. Kontribusi dan Implikasi Teori Belajar dan Instruksional Dalam Teknologi Pendidikan. (online) http://ivan272.wordpress.com/2008/10/06/kontribusi-dan-implikasi-teori-belajar-dan-instruksional-dalam-teknologi-pendidikan/, diakses 6 November 2008.
---. 2008. Teori Behaviorism. (online) http://alifikri1.blogspot.com/2008/01/01archive.html, diakses 7 November 2008.